Diterjemahkan dan dirangkum oleh: Inna Hudaya
3.4.2 Penatalaksanaan aborsi induksi
Penatalaksanaan aborsi medis baik aborsi spontan maupun induksi pada usia kehamilan awal atau lanjut melibatkan penggunaan regimen obat yang harus digunakan dengan dosis dan cara pemakaian yang spesifik.
Jenis obat yang digunakan
Obat yang selama ini digunakan adalah, kombinasi mifepristone dan misoprostol, atau misoprostol saja. Sama halnya dengan mifepristone, letrozole dapat digunakan dalam kombinasi dengan misoprostol untuk usia kehamilan awal.
Letrozole adalah penghambat aromatase selektif generasi ketiga. Mekanisme kerjanya melibatkan penekanan kadar estrogen, yang mengubah konsentrasi reseptor progesteron, yang kemudian menyebabkan keguguran.
Komponen dan sub tugas dalam aborsi medis
Aborsi medis adalah proses yang berlangsung dalam beberapa tahap dan selama beberapa hari, bukan proses yang terjadi secara instan. Komponen yang harus diperhatikan dalam aborsi medis mencakup beberapa hal berikut;
- Assessment atau menilai kelayakan untuk aborsi medis ( memastikan kehamilan dan menentukan usia kehamilan, memastikan tidak ada kontraindikasi medis);
- Akses obat aborsi dengan petunjuk yang tepat terkait dosis dan cara pakai, serta penanganan efek samping;
- Assessment untuk menilai apakah proses aborsi telah berhasil dan apakah intervensi lebih lanjut diperlukan.
Seorang petugas kesehatan dapat memberikan seluruh paket perawatan untuk aborsi medis, tetapi komponen tersebut juga mungkin dilakukan oleh petugas kesehatan yang berbeda dan di lokasi yang berbeda, termasuk dari jarak jauh.
Selain itu, mengingat sifat proses aborsi medis, perempuan juga dapat mengelola prosesnya sendiri di luar fasilitas perawatan kesehatan (misalnya di rumah), dengan dukungan jika dan bila diperlukan. Pendekatan self-assessment dan self-management semacam itu dapat memberdayakan perempuan. Serta membantu mengembangkan model perawatan yang mengarah pada penggunaan sumber daya kesehatan yang lebih berpusat pada perempuan dan lebih optimal.
Rute pemberian misoprostol yang digunakan untuk aborsi medis
- Oral – pil langsung ditelan
- Buccal – pil ditempatkan di antara pipi dan gusi dan ditelan setelah 20 hingga 30 menit
- Sublingual – pil diletakkan di bawah lidah dan ditelan setelah 30 menit
- Vagina – pil ditempatkan di dalam vagina
dosis & Protokol aborsi medis
Usia kehamilan < 12 minggu
(Rekomendasi 27)
KOMBINASI MIFEPRISTONE & MISOPROSTOL | Merekomendasikan penggunaan 200 mg mifepristone secara oral, diikuti 1-2 hari kemudian dengan 800 mcg misoprostol yang diberikan secara vaginal, sublingual atau bukal. Interval minimum yang disarankan antara penggunaan mifepristone dan misoprostol adalah 24 jam.* |
KOMBINASI LETROZOLE & MISOPROSTOL | Merekomendasikan letrozole 10 mg per oral setiap hari selama 3 hari diikuti misoprostol 800 g sublingual pada hari keempat) sebagai pilihan yang aman dan efektif. |
MISOPROSTOL SAJA | Anjurkan penggunaan misoprostol 800 mcg yang diberikan secara bukal, sublingual, atau vagina.* |
KOMENTAR & CATATAN:
- Bukti dari studi klinis menunjukkan bahwa rejimen kombinasi (Rekomendasi 27a) lebih efektif daripada misoprostol saja.
- Semua rute disertakan sebagai pilihan untuk pemberian misoprostol, dengan mempertimbangkan preferensi pasien dan penyedia layanan.
- Regimen kombinasi yang disarankan dari letrozole plus misoprostol mungkin aman dan efektif hingga usia kehamilan 14 minggu.
- Dosis misoprostol yang berulang dapat dipertimbangkan bila diperlukan untuk mencapai keberhasilan proses aborsi. Dalam pedoman ini kami tidak memberikan jumlah maksimum dosis misoprostol.
- Bukti lebih lanjut diperlukan untuk menentukan keamanan, keefektifan dan penerimaan rejimen kombinasi letrozole plus misoprostol pada usia kehamilan lanjut, terutama dibandingkan dengan rejimen kombinasi mifepristone plus misoprostol (bukti yang tersedia berfokus pada perbandingan dengan penggunaan misoprostol saja.
Sumber: Rekomendasi 27a dan 27b diteruskan dari WHO (2018) dimana Rekomendasi 3a (120). Rekomendasi 27c adalah baru.
RATIONALE/ REKOMENDASI 27C (REJIMEN KOMBINASI LETROZOLE DITAMBAH MISOPROSTOL)
Sebuah tinjauan sistematis menilai kemanjuran, keamanan dan penerimaan metode alternatif aborsi medis dengan rejimen standar menggunakan mifepristone dan/atau misoprostol. Pencarian literatur mengidentifikasi tujuh penelitian, yang semuanya melaporkan kombinasi letrozole ditambah misoprostol (intervensi) versus misoprostol saja (perbandingan) untuk aborsi medis. Tidak ada penelitian yang diidentifikasi yang membandingkan letrozole plus misoprostol versus mifepristone plus misoprostol. Pengaturan studi termasuk Cina, Mesir dan Iran. Ringkasan bukti disajikan dalam Materi tambahan 2, kerangka kerja EtD untuk Metode medis baru untuk aborsi
Secara keseluruhan, bukti mendukung intervensi. Penggunaan letrozole dalam kombinasi dengan misoprostol menunjukkan tingkat kehamilan berkelanjutan yang lebih rendah dan tingkat keberhasilan aborsi yang lebih tinggi, berdasarkan bukti dengan kepastian yang rendah hingga sangat rendah.
Selain itu, lebih sedikit perempuan yang mengalami efek samping, berdasarkan bukti dengan kepastian sedang.
Diskusi tentang efektivitas biaya, kesetaraan, kelayakan dan penerimaan disukai intervensi. Penggunaan khas Letrozole untuk infertilitas dan pengobatan kanker membuatnya lebih mudah diakses daripada mifepristone di beberapa bagian dunia. Selain itu, rendahnya biaya letrozole merupakan faktor lain yang membuat metode ini menjadi metode alternatif untuk aborsi medis.
Siapa saja yang dapat menyediakan layanan aborsi medis (Rekomendasi 28)
Penatalaksanaan aborsi medis pada usia kehamilan < 12 minggu,* secara keseluruhan atau sebagian (yaitu melakukan semua atau beberapa subtugas; lihat daftar di awal bagian 3.4.2) dapat dilakukan oleh;
Petugas Medis, termasuk;
- Petugas Kesehatan Masyarakat
- Staff apotik
- Apoteker
- Ahli pengobatan tradisional dan komplementer
- Perawat Pembantu
- Perawat
- Bidan
- Rekanan dokter (asisten dokter)
- Dokter umum
- Dokter spesialis
Individu, yaitu orang atau perempuan yang hamil.
Dalam guideline dinyatakan bahwa aborsi medis aman untuk dilakukan sendiri oleh perempuan yang hamil, tanpa ditangani langsung oleh petugas medis.
* Bukti yang tersedia untuk self-managed abortion oleh non-dokter adalah untuk jangka waktu kehamilan hingga 10 minggu (70 hari).
Untuk rekomendasi ini, rejimen aborsi medis yang tercakup dalam bukti yang tersedia adalah mifepristone plus misoprostol, atau misoprostol saja (rejimen yang menggunakan letrozole tidak disertakan).
Dimana aborsi medis dapat dilakukan
Tidak ada rekomendasi khusus apakah aborsi medis harus dilakukan on site (klinik) atau off site (di luar klinik)
Bagaimana implementasi aborsi medis dilakukan dan apa saja yang perlu dipertimbangkan
- Tidaklah penting bahwa orang yang melakukan aborsi medis juga harus dilatih dan kompeten dalam dalam hal melakukan aspirasi vakum.
- Pembatasan otoritas terkait pemberian resep untuk beberapa kategori petugas kesehatan mungkin perlu diubah dalam kerangka peraturan sistem kesehatan atau mekanisme lain yang diberlakukan untuk memungkinkan penyedia ini menyediakan obat-obatan bagi yang membutuhkan aborsi
- Privasi harus dipastikan di semua aspek, khususnya di tempat-tempat publik (misalnya apotek).
- Alat pendukung dapat digunakan untuk menilai kelayakan dan hasil (misalnya tes kehamilan sensitivitas tinggi, daftar periksa).
- Berbagai model pemberian layanan tersedia untuk memfasilitasi proses aborsi medis, seperti telemedicine atau penjangkauan masyarakat (lihat bagian 3.6.1).
- Mekanisme untuk memastikan akses ke obat-obatan berkualitas perlu disiapkan. Pengembangan alat seperti tes di tempat perawatan untuk menilai kualitas dapat mendukung pekerja farmasi dan individu.
- Penting untuk dicatat bahwa seperti semua obat lain, petugas apotek harus memberikan mifepristone dan misoprostol sesuai indikasi.
- Orang yang menjalani aborsi medis harus memiliki akses/rujukan ke perawatan darurat jika diperlukan.
- Sebagai bagian dari lingkungan yang mendukung, petugas kesehatan harus mengakui self-managed abortion sebagai pilihan yang sah untuk perawatan aborsi dan untuk menyesuaikan sistem kesehatan yang ada, untuk memfasilitasi dan mendukung perempuan dalam self-managed abortion mereka, mis. mengadaptasi protokol klinis.
- Mekanisme perlu dibentuk untuk memastikan akses atau rujukan ke layanan kontrasepsi pasca-aborsi dan penyediaan alat kontrasepsi bagi perempuan yang menginginkannya.
Usia kehamilan > 12 minggu
(Rekomendasi 30)
KOMBINASI MIFEPRISTONE & MISOPROSTOL | Merekomendasikan penggunaan 200 mg mifepristone secara oral, diikuti 1-2 hari kemudian dengan dosis berulang 400 mcg misoprostol yang diberikan secara bukal, sublingual atau vaginal, setiap 3 jam. Interval minimum yang disarankan antara penggunaan mifepristone dan misoprostol adalah 24 jam.* |
MISOPROSTOL SAJA | Anjurkan penggunaan dosis berulang 400 μg misoprostol yang diberikan secara bukal, sublingual atau vaginal, setiap 3 jam. |
Komentar & Catatan:
- Bukti dari studi klinis menunjukkan bahwa rejimen kombinasi (Rekomendasi 29a) lebih efektif daripada misoprostol saja.
- Bukti klinis menunjukkan bahwa pemakaian secara vaginal adalah yang paling efektif. Meski begitu sebaiknya semua cara tetap direkomendasikan sebagai pilihan, dengan mempertimbangkan preferensi pasien dan penyedia layanan.
- Jaringan kehamilan harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti bahan biologis lainnya kecuali individu tersebut menyatakan keinginannya untuk dikelola sesuai pilihannya.
*Dosis misoprostol yang berulang dapat dipertimbangkan bila diperlukan untuk mencapai keberhasilan proses aborsi. Dalam pedoman ini kami tidak memberikan jumlah maksimum dosis misoprostol. Penyedia layanan harus menggunakan kehati-hatian dan penilaian klinis untuk memutuskan jumlah maksimum dosis misoprostol pada individu hamil dengan insisi uterus sebelumnya. Ruptur uteri merupakan komplikasi yang jarang terjadi; penilaian klinis dan kesiapan sistem kesehatan untuk manajemen darurat ruptur uteri harus dipertimbangkan dengan usia kehamilan lanjut.
Sumber: Rekomendasi 3b dibawa ke depan dari WHO (2018) (120).
Siapa saja yang dapat menyediakan layanan aborsi medis (Rekomendasi 28)
Yang disarankan, dalam kondisi dan konteks dimana tersedia akses yang mapan dan mudah ke layanan bedah dan infrastruktur yang tepat untuk mengatasi aborsi tidak lengkap atau komplikasi lainnya;
- Ahli pengobatan tradisional dan komplementer
- Perawat Pembantu
- Perawat
- Bidan
- Rekanan dokter (asisten dokter)
Yang direkomendasikan;
- Dokter umum
- Dokter spesialis
Dimana aborsi medis dapat dilakukan
Aborsi medis untuk kehamilan pada usia kehamilan 12 minggu telah dipraktikkan dan diteliti sebagai prosedur berbasis fasilitas di mana perempuan harus tetap diobservasi sampai prosesnya selesai.
Bagaimana implementasi aborsi medis dilakukan dan apa saja yang perlu dipertimbangkan
Tenaga kesehatan yang menyediakan aborsi atau mendampingi perempuan yang menjalani aborsi pada usia kehamilan 12 minggu mungkin memiliki kebutuhan tambahan untuk dukungan profesional dan mentoring.
Pertimbangan utama hak asasi manusia yang relevan dengan aborsi medis
- Setiap orang berhak atas privasi dan kerahasiaan dalam perawatan kesehatan seksual dan reproduksi (SRH)
- Regulasi aborsi harus berbasis hak asasi manusia dan bukti penelitian terbaru
- Negara harus memastikan akses yang memadai terhadap obat-obatan esensial dengan cara yang terjangkau dan tidak diskriminatif.
- Setiap orang berhak atas kemajuan ilmu pengetahuan dan hak atas kesehatan, yang memerlukan ketersediaan dan aksesibilitas, penerimaan, dan kualitas aborsi medis. Ini berarti bahwa Negara harus memastikan akses ke obat aborsi, dan bahwa standar dan pedoman berbasis bukti untuk penyediaan dan pemberian layanan SRH, (i) ada dan (ii) diperbarui secara rutin untuk memasukkan kemajuan medis.
Untuk informasi dan sumber lebih lanjut, silakan merujuk ke Kotak 1.2 dan Web lampiran A: Standar hak asasi manusia internasional utama tentang aborsi.
3.3.6 Manajemen nyeri untuk aborsi medis
Rekomendasi 15
Untuk aborsi medis pada usia kehamilan berapa pun: Merekomendasikan bahwa manajemen nyeri harus ditawarkan secara rutin (misalnya obat antiinflamasi nonsteroid [NSAID]) dan harus disediakan bagi individu untuk digunakan jika dan bila diinginkan.
Jenis dan Merek Dagang Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAID) di Indonesia;
- Ibuprofen
- Aspirin
- Naproxen
- Diclofenac
- Celecoxib
- Etoricoxib
- Indomethacin
- Asam mefenamat
- Piroxicam
- Meloxicam
- Ketoprofen
- Dexketoprofen
- Nabumetone
- Ketorolac
- Etodolac
Rekomendasi 16
Rekomendasi baru terkait manajemen nyeri sebagai tambahan NSAID. Untuk manajemen nyeri untuk aborsi medis pada 12 minggu:
Sarankan pertimbangan metode lain untuk mengontrol rasa sakit atau ketidaknyamanan karena peningkatan rasa sakit dengan bertambahnya usia kehamilan. Metode tersebut termasuk antiemetik dan anestesi epidural tertentu, jika tersedia.
Komentar & Catatan:
Untuk aborsi medis pada usia kehamilan < 14 minggu, jika NSAID (misalnya ibuprofen) tidak tersedia atau bukan pilihan, maka asetaminofen dapat dipertimbangkan untuk mengontrol rasa sakit.
Pertimbangan implementasi untuk Rekomendasi 15 dan 16
Terlepas dari modalitas layanan, harus ada komunikasi yang jelas kepada perempuan tentang rasa sakit yang mungkin dia alami, yang dapat bervariasi berdasarkan persepsi dan toleransi rasa sakit. Bagaimanapun, perempuan harus diberi informasi tentang manajemen nyeri, dan akses ke obat nyeri yang memadai harus dipastikan.
Pertimbangan utama hak asasi manusia yang relevan dengan manajemen nyeri
- Negara harus memastikan akses yang memadai terhadap obat-obatan esensial dengan cara yang terjangkau dan tidak diskriminatif.
- Penolakan dalam hal pemberian obat nyeri dapat melanggar berbagai hak asasi manusia, termasuk hak atas kesehatan dan otonomi dalam pengambilan keputusan.
- Penolakan dalam hal pemberian obat nyeri sebagai bentuk hukuman untuk aborsi atau karena itu adalah bagian dari perawatan aborsi dapat melanggar hak atas kesetaraan dan non-diskriminasi.
- Penolakan obat nyeri dapat melanggar hak untuk bebas dari perlakuan kejam, tidak manusiawi dan merendahkan.
Untuk informasi dan sumber lebih lanjut, silakan merujuk ke Kotak 1.2 dan Web lampiran 1: Standar hak asasi manusia internasional utama tentang aborsi.
Penatalaksanaan keguguran (missed abortion) pada usia kehamilan < 14 minggu (3.4.3)
3.4.3 Missed abortion atau keguguran tanpa gejala
Missed abortion adalah saat kehamilan berhenti berkembang, di mana embrio/janin/jaringan embrio atau kantung kehamilan kosong tetap berada di dalam rahim dan ostium serviks tertutup.
Gejala mungkin termasuk rasa sakit, pendarahan atau tidak ada gejala sama sekali. Jika USG dilakukan, pemindaian dapat menunjukkan embrio atau janin tanpa aktivitas jantung, atau apa yang tampak sebagai kehamilan yang berkembang awal, dengan hanya kantung berisi cairan yang terlihat di dalam rahim.
Penanganan medis yang bisa dilakukan adalah dengan obat atau bedah (aspirasi vakum).
Rekomendasi 31 (BARU): Penatalaksanaan keguguran pada usia kehamilan < 14 minggu
Untuk individu yang lebih memilih manajemen medis: Rekomendasikan penggunaan kombinasi mifepristone plus misoprostol daripada misoprostol saja.
Regimen yang direkomendasikan: 200 mg mifepristone diberikan secara oral, diikuti dengan 800 g misoprostol yang diberikan melalui rute apa pun (bukal, sublingual, vagina).*
Regimen alternatif: 800 mcg misoprostol yang diberikan melalui rute apa pun (bukal, sublingual, vagina).ǂ
Komentar & Catatan:
- Keputusan tentang cara penanganan keguguran didasarkan pada kondisi klinis individu dan preferensi untuk pengobatan.
- Expectant management dapat ditawarkan sebagai pilihan dengan syarat bahwa perempuan tersebut diberitahu tentang waktu yang lebih lama untuk pengeluaran jaringan kehamilan dan peningkatan risiko pengosongan rahim yang tidak lengkap.
- Jaringan kehamilan harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti bahan biologis lainnya kecuali individu tersebut menyatakan keinginannya untuk dikelola sebaliknya.
* Interval minimum yang disarankan antara penggunaan mifepristone dan misoprostol adalah 24 jam.
Jika menggunakan rejimen alternatif (misoprostol saja), perlu dicatat bahwa pada usia kehamilan 9 minggu, bukti menunjukkan bahwa dosis berulang misoprostol lebih efektif untuk mencapai keberhasilan proses aborsi. Dalam pedoman ini kami tidak memberikan jumlah maksimum dosis misoprostol.
Mengenai siapa yang direkomendasikan untuk memberikan manajemen medis aborsi yang terlewat pada usia kehamilan <14 minggu, lihat Rekomendasi 28 untuk manajemen medis aborsi yang diinduksi pada usia kehamilan <12 minggu.
Pertimbangan utama hak asasi manusia yang relevan dengan manajemen keguguran
- Setiap orang berhak atas privasi dan kerahasiaan dalam perawatan kesehatan seksual dan reproduksi (SRH).
- Regulasi aborsi harus berbasis hak asasi manusia dan bukti.
- Negara harus memastikan akses yang memadai terhadap obat-obatan esensial dengan cara yang terjangkau dan tidak diskriminatif.
- Setiap orang berhak atas kemajuan ilmu pengetahuan dan hak atas kesehatan, yang memerlukan ketersediaan dan aksesibilitas, penerimaan, dan kualitas aborsi medis. Ini berarti bahwa Negara harus memastikan akses ke obat aborsi, dan bahwa standar dan pedoman berbasis bukti untuk penyediaan dan pemberian layanan SRH, (i) ada dan (ii) diperbarui secara rutin untuk memasukkan kemajuan medis.
Untuk informasi dan sumber lebih lanjut, silakan merujuk ke Kotak 1.2 dan Web lampiran A: Standar hak asasi manusia internasional utama tentang aborsi.
Penatalaksanaan aborsi tidak lengkap: Rekomendasi 35-38 (3.5.2)
3.5.2 Aborsi tidak lengkap
Abortus inkomplit didefinisikan oleh adanya ostium serviks yang terbuka dan perdarahan, dimana semua produk konsepsi belum dikeluarkan dari uterus, atau produk yang dikeluarkan tidak sesuai dengan perkiraan durasi kehamilan. Gejala umum termasuk pendarahan vagina dan nyeri di bagian perut.
Aborsi tidak lengkap tanpa komplikasi dapat terjadi setelah aborsi yang diinduksi atau spontan (yaitu keguguran); manajemen dalam kedua kasus adalah sama. Aborsi inkomplit dapat ditangani dengan expectant (ditunggu sampai keluar sendiri) , medis (obat) atau pembedahan (aspirasi vakum). Penatalaksanaan abortus inkomplit tanpa komplikasi dengan aspirasi vakum (bila ukuran uterus kurang dari 14 minggu) termasuk mengenali kondisi, menilai ukuran uterus, prosedur aktual dan manajemen nyeri.
Rekomendasi 35 dan 36: Penatalaksanaan aborsi tidak lengkap
35. Untuk abortus inkomplit pada <14 minggu: Anjurkan baik aspirasi vakum atau manajemen medis.
36a. Untuk tatalaksana medis abortus inkomplit pada ukuran rahim < 14 minggu: Anjurkan penggunaan misoprostol 600 mcg per oral atau misoprostol 400 mcg sublingual.
36b. Untuk tatalaksana medis abortus inkomplit pada ukuran uterus 14 minggu: Anjurkan penggunaan misoprostol dosis ulang 400 mcg yang diberikan secara sublingual, vaginal, atau bukal setiap 3 jam.*
Komentar & Catatan:
- Keputusan tentang cara pengelolaan aborsi tidak lengkap harus didasarkan pada kondisi klinis individu dan preferensi untuk pengobatan.
- Penatalaksanaan aborsi inkomplit dengan menunggu keluar sendiri (expectant) bisa sama efektifnya dengan misoprostol; itu dapat ditawarkan sebagai pilihan dengan syarat bahwa perempuan diberitahu tentang waktu yang lebih lama untuk pengeluaran jaringan kehamilan dan peningkatan risiko pengosongan rahim yang tidak lengkap.
- Rekomendasi 35 diekstrapolasi dari penelitian yang dilakukan pada wanita dengan aborsi spontan yang dilaporkan.
* Misoprostol dapat diulang dengan interval yang ditentukan sesuai kebutuhan untuk mencapai keberhasilan proses aborsi. Pada usia kehamilan 14 minggu, penyedia layanan harus menggunakan kehati-hatian dan penilaian klinis untuk memutuskan jumlah maksimum dosis misoprostol pada individu hamil dengan insisi uterus sebelumnya. Ruptur uteri merupakan komplikasi yang jarang terjadi; penilaian klinis dan kesiapan sistem kesehatan untuk manajemen darurat ruptur uteri harus dipertimbangkan dengan usia kehamilan lanjut.
Sumber: Rekomendasi 35 diteruskan dari WHO (2012) dimana Rekomendasi 10 (19). Kata-kata telah direvisi untuk mengubah usia kehamilan dari “13 minggu atau kurang” menjadi “sebelum 14 minggu” (<14 minggu). Rekomendasi 36a dan 36b diteruskan dari WHO (2018) dimana Rekomendasi 1A dan 1B(120). Usia kehamilan juga telah diperbarui untuk mengubah titik batas dari 13 minggu menjadi 14 minggu.
Siapa saja yang dapat menyediakan layanan Aspirasi vakum untuk pengelolaan abortus inkomplit tanpa komplikasi pada usia kehamilan < 14 minggu (Rekomendasi 38)
Yang disarankan, dalam kondisi dan konteks dimana tersedia akses yang mapan dan mudah ke layanan bedah dan infrastruktur yang tepat untuk mengatasi aborsi tidak lengkap atau komplikasi lainnya;
- Perawat Pembantu
Yang direkomendasikan;
- Ahli pengobatan tradisional dan komplementer
- Perawat
- Bidan
- Rekanan dokter (asisten dokter)
- Dokter umum
- Dokter spesialis
Dimana aborsi medis dapat dilakukan
Di layanan fasilitas kesehatan.
Bagaimana implementasinya dan apa saja yang perlu dipertimbangkan
Pertimbangan implementasi
- Keterampilan yang dibutuhkan untuk penyediaan MVA dan EVA serupa, sehingga rekomendasi di atas berlaku untuk keduanya. Sementara MVA lebih umum digunakan dan lebih mungkin digunakan dalam pengaturan perawatan primer.
- Aborsi tidak lengkap tanpa komplikasi dapat terjadi setelah aborsi yang diinduksi atau spontan (yaitu keguguran). Manajemennya identik dan rekomendasi di atas berlaku untuk keduanya.
- Evakuasi produk yang tertahan juga merupakan fungsi sinyal dari perawatan obstetrik darurat dasar (Emergency Obstetric Care/EmOC) dan pelatihan serta implementasi dapat diintegrasikan dengan layanan EmOC.
Sumber: Rekomendasi diperbarui dari WHO (2015) (23).
Catatan tentang pemutakhiran rekomendasi: Ini adalah rekomendasi yang sudah ada dimana bukti yang berkaitan dengan profesional pengobatan tradisional dan komplementer dan untuk perawat tambahan dan bidan perawat tambahan ditinjau menggunakan metodologi GRADE. Setelah ditinjau, hanya rekomendasi bagi tenaga kesehatan tradisional dan komplementer yang ditingkatkan dari “saran” menjadi “rekomendasi”. Untuk semua kategori tenaga kesehatan lainnya, rekomendasi tetap tidak berubah dari panduan sebelumnya. Ringkasan bukti disajikan dalam materi Tambahan 3, kerangka EtD tentang aspirasi vakum untuk pengelolaan aborsi tidak lengkap.
a Untuk ini dan semua rekomendasi petugas kesehatan, mengingat bukti terbatas untuk banyak kombinasi tugas petugas kesehatan, diskusi panel ahli berfokus pada kerangka kompetensi dalam publikasi WHO 2011, Kesehatan seksual dan reproduksi: kompetensi inti dalam perawatan primer ( 121), yang memberikan informasi tentang kompetensi (termasuk keterampilan dan pengetahuan) yang diperlukan untuk setiap tugas, dan juga kriteria WHO-INTEGRATE, khususnya tentang kelayakan, kesetaraan dan penerimaan intervensi serta nilai dan preferensi perempuan.
b Untuk lingkup kerja/praktik yang khas, silakan lihat Lampiran 5: Kategori dan peran petugas kesehatan.
Pertimbangan utama hak asasi manusia yang relevan dengan penatalaksanaan aborsi tidak lengkap
- Negara harus memastikan akses yang memadai terhadap obat-obatan esensial dengan cara yang terjangkau dan tidak diskriminatif.
- Terlepas dari apakah aborsi itu legal, Negara diharuskan untuk memastikan akses ke perawatan pasca-aborsi jika diperlukan.
- Perawatan pasca-aborsi harus tersedia secara rahasia, termasuk dalam situasi di mana aborsi adalah ilegal.
- Perawatan pasca-aborsi harus tersedia tanpa ancaman tuntutan pidana atau tindakan hukuman. Negara tidak boleh meminta penyedia layanan kesehatan untuk melaporkan orang yang dicurigai melakukan aborsi yang melanggar hukum, atau mengharuskan mereka untuk memberikan informasi yang berpotensi memberatkan selama atau sebagai prasyarat untuk menerima perawatan pasca-aborsi.
Untuk informasi dan sumber lebih lanjut, silakan merujuk ke Kotak 1.2 dan Web lampiran 1: Standar hak asasi manusia internasional utama tentang aborsi.