Pertanyaan populer

Halaman ini berisi pertanyaan-pertanyaan paling populer terkait aborsi medis atau aborsi aman dengan obat. Kamu bisa menggunakan halaman ini untuk mendapatkan gambaran tentang aborsi medis dan seperti apa prosesnya. Jika kamu membutuhkan informasi lebih detail, kamu bisa baca selengkapnya di setiap link yang tersedia.

Apa itu aborsi medis? apakah aborsi medis itu aman? Apa saja hal-hal yang perlu saya ketahui sebelum memutuskan untuk aborsi medis?

Medical Abortion

Berdasarkan rekomendasi dan panduan Badan Kesehatan Dunia atau WHO, Aborsi aman bisa dilakukan dengan dua metode, yaitu surgical dan medical. 

Yang dimaksud dengan metode surgical adalah metode dengan teknik bedah, biasanya dengan menggunakan Manual Vacuum Aspiration (MVA) atau Dilatation & Curettage (D&C) atau yang biasa dikenal sebagai kuret di Indonesia.

Yang dimaksud dengan Medical Abortion (MA) atau aborsi medis adalah metode aborsi dengan menggunakan obat-obatan. Obat yang biasanya digunakan, dan direkomendasikan oleh WHO adalah (a) kombinasi Mifepristone dan Misoprostol, atau (b) Misoprostol saja.

Artikel selengkapnya bisa dibaca disini.

  • Pastikan ada yang mendampingi Kamu. Kamu tidak disarankan aborsi sendirian!
  • Pastikan Kamu memiliki perencanaan mengenai tempat, waktu dan rumah sakit terdekat yang bisa diakses dalam waktu 30 menit jika terjadi situasi darurat. 
  • Pastikan Kamu sudah makan besar paling tidak 3-4 jam sebelum tindakan. Perut yang penuh dapat memperparah kondisi mual dan muntah.
  • Sediakan satu pak pembalut menstruasi – ukuran biasa (reguler).
  • Pulsa yang cukup untuk menelpon atau paket internet untuk memastikan semua saluran komunikasi tersedia saat dibutuhkan. 
  • Jika Kamu memiliki anemia, konsumsi zat besi yang cukup sebelum dan setelah tindakan. Zat besi seperti sangobion, sakatonik liver, atau tonikum bayer dapat digunakan untuk  mencegah dan mengobati anemia.
  • Obat lain yang perlu Kamu siapkan, diantaranya :
    • Pereda nyeri seperti ibuprofen atau asam mefenamat
    • Antibiotik jika Kamu memiliki kondisi infeksi tertentu

Mifepristone atau RU-486 pertama kali dikembangkan di Perancis pada tahun 1980 dan khusus dikembangkan dan didaftarkan sebagai obat untuk aborsi. Meskipun terdaftar sebagai Essential List of Medicine, namun karena status aborsi di Indonesia dibatasi maka Mifepristone tidak terdaftar di Indonesia. Artinya Mifepristone juga tidak tersedia di pasar Indonesia.

Badan Kesehatan Dunia telah memasukan Misoprostol sebagai essential list of medicine, artinya Misoprostol termasuk dalam daftar obat penting yang harus disediakan oleh semua negara anggota PBB. Selain untuk aborsi medis, Misoprostol juga berguna untuk penanganan perdarahan post partum, keguguran, dan membantu induksi saat proses melahirkan. Misoprostol tersedia di Indonesia, meskipun aksesnya dibatasi. Informasi lebih lengkap tentang merk dan bentuk obat bisa dilihat disini.

Badan Kesehatan Dunia telah berevolusi cepat dalam hal memperbarui rekomendasi mereka terkait siapa yang dapat melakukan aborsi. Dalam Panduan tahun 2012, dinyatakan hanya dokter saja yang bisa memberikan layanan aborsi medis — bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya hanya bisa melakukan aborsi medis dibawah supervisi dari dokter. Dengan semakin banyaknya hasil penelitian, rekomendasi ini berubah di tahun 2014 dan 2015 dimana bidan dan tenaga kesehatan dapat memberikan layanan aborsi medis. Dalam panduan terakhirnya Medical Management of Abortion di tahun 2018, Badan Kesehatan Dunia juga memasukan bahwa perempuan bisa melakukan aborsi medis mandiri untuk kehamilan dibawah 12 minggu.

Perubahan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia ini juga melihat fakta bahwa kebanyakan aborsi yang dilakukan di negara berkembang adalah aborsi mandiri. Dan berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa aborsi yang dilakukan sendiri oleh perempuan juga memiliki tingkat keberhasilan yang sama dengan aborsi yang dilakukan oleh dokter/bidan/tenaga medis lainnya.

Baca artikel terkait disini.

Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengeluarkan rekomendasi untuk dosis dan protokol aborsi medis untuk; (a) usia kehamilan hingga 12 minggu atau trimester pertama, dan (b) usia kehamilan diatas 12 minggu. Untuk menghitung usia kehamilan bisa dihitung dengan cara menghitung Hari Pertama Menstruasi Terakhir (HPMT) atau dengan ultrasound atau USG. Kamu bisa juga cek dengan kalender disini atau baca artikel selengkapnya disini.

Tidak ada prosedur medis yang memiliki efektifitas hingga 100%, selalau ada kemungkinan gagal atau tidak efektif.

Jika dilakukan sesuai dengan dosis dan protokol yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia, kombinasi Mifepristone dan Misoprostol memiliki efektifitas hingga 95% dan Misoprostol saja efektif hingga 85%. Tingkat keberhasilan ini bisa turun bila kamu tidak meminumnya dengan cara yang benar, misalnya saja kamu meminum dosis yang salah. Kamu harus memastikan menggunakan dosis yang sesuai dengan usia kehamilanmu.

Sebaiknya hindari menyusui selama 5 jam pertama setelah menggunakan misoprostol. Ada baiknya untuk membuang produksi ASI dalam 5 jam tersebut. Setelahnya, bisa menyusui seperti biasa. Namun jika anda harus menyusui, kecil kemungkinan akan menimbulkan masalah bagi bayi anda. Masalah yang mungkin muncul adalah diare dan biasanya bayi menjadi rewel karena tidak nyaman dengan perubahan rasa ASI.

Tips yang bisa dilakukan adalah menyiapkan stok ASI sebelum mengkonsumsi misoprostol.  Pompa ASI untuk persediaan satu hari dan simpan di kulkas untuk kebutuhan bayi.

WHO menyarankan aborsi medis dengan dua cara, pertama dengan kombinasi mifepristone dan misoprostol dengan efektifitas hingga 95%, kedua dengan menggunakan misoprostol saja dengan tingkat efektifitas hingga 85%. Jika kamu tinggal di negara dimana mifepristone tidak terdaftar atau tidak tersedia, maka kamu cukup menggunakan misoprostol saja. Kebanyakan perempuan yang melakukan aborsi medis sendiri berada di negara dimana aborsi dibatasi oleh hukum dan biasanya hanya menggunakan misoprostol saja.

Selengkapnya baca disini.

Perempuan dengan HIV tetap bisa menggunakan Misoprostol dengan aman. Status HIV mungkin akan sedikit meningkatkan resiko infeksi atau anemia. Untuk mencegah infeksi dapat menggunakan antibiotik seperti Doxycyline 100mg dua kali sehari selama 7 hari.

Dalam Panduan Badan Kesehatan Dunia atau WHO di tahun 2012, diberi catatan bahwa salah satu alasan kenapa aborsi medis di atas 12 minggu tidak disarankan adalah karena kurangnya data yang mereka miliki. Namun dalam Panduan Medical Management of Abortion di tahun 2018, Badan Kesehatan Dunia sudah mencantumkan rekomendasi tersebut dengan persyaratan yang dibutuhkan.

Salah satu penelitian yang menunjukkan efektifitas dan keberhasilan aborsi medis di atas 12 minggu juga bisa dibaca disini.

Apakah ada kondisi khusus yang tidak membolehkan saya melakukan aborsi medis?

Apa saja bahaya dan resiko yang harus saya perhatikan selama aborsi medis?

Bagaimana obat aborsi bekerja dan bagaimana cara menggunakannya?

Saya baru saja menggunakan misoprostol, apa yang akan terjadi? apa saja yang akan saya lihat?

Kenapa saya merasakan nyeri di bagian perut? Apa yang bisa saya lakukan untuk mengurangi nyeri?

Apakah aborsi saya berhasil? Bagaimana caranya untuk mengetahui apakah saya masih hamil atau tidak?

Aborsi saya sudah selesai, lalu apa saja hal yang perlu saya ketahui? apa yang harus saya perhatikan?

 

Medical Abortion

Berdasarkan rekomendasi dan panduan Badan Kesehatan Dunia atau WHO, Aborsi aman bisa dilakukan dengan dua metode, yaitu surgical dan medical. 

Yang dimaksud dengan metode surgical adalah metode dengan teknik bedah, biasanya dengan menggunakan Manual Vacuum Aspiration (MVA) atau Dilatation & Curettage (D&C) atau yang biasa dikenal sebagai kuret di Indonesia.

Yang dimaksud dengan Medical Abortion (MA) atau aborsi medis adalah metode aborsi dengan menggunakan obat-obatan. Obat yang biasanya digunakan, dan direkomendasikan oleh WHO adalah (a) kombinasi Mifepristone dan Misoprostol, atau (b) Misoprostol saja.

Artikel selengkapnya bisa dibaca disini.

  • Pastikan ada yang mendampingi Kamu. Kamu tidak disarankan aborsi sendirian!
  • Pastikan Kamu memiliki perencanaan mengenai tempat, waktu dan rumah sakit terdekat yang bisa diakses dalam waktu 30 menit jika terjadi situasi darurat. 
  • Pastikan Kamu sudah makan besar paling tidak 3-4 jam sebelum tindakan. Perut yang penuh dapat memperparah kondisi mual dan muntah.
  • Sediakan satu pak pembalut menstruasi – ukuran biasa (reguler).
  • Pulsa yang cukup untuk menelpon atau paket internet untuk memastikan semua saluran komunikasi tersedia saat dibutuhkan. 
  • Jika Kamu memiliki anemia, konsumsi zat besi yang cukup sebelum dan setelah tindakan. Zat besi seperti sangobion, sakatonik liver, atau tonikum bayer dapat digunakan untuk  mencegah dan mengobati anemia.
  • Obat lain yang perlu Kamu siapkan, diantaranya :
    • Pereda nyeri seperti ibuprofen atau asam mefenamat
    • Antibiotik jika Kamu memiliki kondisi infeksi tertentu

Mifepristone atau RU-486 pertama kali dikembangkan di Perancis pada tahun 1980 dan khusus dikembangkan dan didaftarkan sebagai obat untuk aborsi. Meskipun terdaftar sebagai Essential List of Medicine, namun karena status aborsi di Indonesia dibatasi maka Mifepristone tidak terdaftar di Indonesia. Artinya Mifepristone juga tidak tersedia di pasar Indonesia.

Badan Kesehatan Dunia telah memasukan Misoprostol sebagai essential list of medicine, artinya Misoprostol termasuk dalam daftar obat penting yang harus disediakan oleh semua negara anggota PBB. Selain untuk aborsi medis, Misoprostol juga berguna untuk penanganan perdarahan post partum, keguguran, dan membantu induksi saat proses melahirkan. Misoprostol tersedia di Indonesia, meskipun aksesnya dibatasi. Informasi lebih lengkap tentang merk dan bentuk obat bisa dilihat disini.

Badan Kesehatan Dunia telah berevolusi cepat dalam hal memperbarui rekomendasi mereka terkait siapa yang dapat melakukan aborsi. Dalam Panduan tahun 2012, dinyatakan hanya dokter saja yang bisa memberikan layanan aborsi medis — bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya hanya bisa melakukan aborsi medis dibawah supervisi dari dokter. Dengan semakin banyaknya hasil penelitian, rekomendasi ini berubah di tahun 2014 dan 2015 dimana bidan dan tenaga kesehatan dapat memberikan layanan aborsi medis. Dalam panduan terakhirnya Medical Management of Abortion di tahun 2018, Badan Kesehatan Dunia juga memasukan bahwa perempuan bisa melakukan aborsi medis mandiri untuk kehamilan dibawah 12 minggu.

Perubahan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia ini juga melihat fakta bahwa kebanyakan aborsi yang dilakukan di negara berkembang adalah aborsi mandiri. Dan berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa aborsi yang dilakukan sendiri oleh perempuan juga memiliki tingkat keberhasilan yang sama dengan aborsi yang dilakukan oleh dokter/bidan/tenaga medis lainnya.

Baca artikel terkait disini.

Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengeluarkan rekomendasi untuk dosis dan protokol aborsi medis untuk; (a) usia kehamilan hingga 12 minggu atau trimester pertama, dan (b) usia kehamilan diatas 12 minggu. Untuk menghitung usia kehamilan bisa dihitung dengan cara menghitung Hari Pertama Menstruasi Terakhir (HPMT) atau dengan ultrasound atau USG. Kamu bisa juga cek dengan kalender disini atau baca artikel selengkapnya disini.

Tidak ada prosedur medis yang memiliki efektifitas hingga 100%, selalau ada kemungkinan gagal atau tidak efektif.

Jika dilakukan sesuai dengan dosis dan protokol yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia, kombinasi Mifepristone dan Misoprostol memiliki efektifitas hingga 95% dan Misoprostol saja efektif hingga 85%. Tingkat keberhasilan ini bisa turun bila kamu tidak meminumnya dengan cara yang benar, misalnya saja kamu meminum dosis yang salah. Kamu harus memastikan menggunakan dosis yang sesuai dengan usia kehamilanmu.

Sebaiknya hindari menyusui selama 5 jam pertama setelah menggunakan misoprostol. Ada baiknya untuk membuang produksi ASI dalam 5 jam tersebut. Setelahnya, bisa menyusui seperti biasa. Namun jika anda harus menyusui, kecil kemungkinan akan menimbulkan masalah bagi bayi anda. Masalah yang mungkin muncul adalah diare dan biasanya bayi menjadi rewel karena tidak nyaman dengan perubahan rasa ASI.

Tips yang bisa dilakukan adalah menyiapkan stok ASI sebelum mengkonsumsi misoprostol.  Pompa ASI untuk persediaan satu hari dan simpan di kulkas untuk kebutuhan bayi.

WHO menyarankan aborsi medis dengan dua cara, pertama dengan kombinasi mifepristone dan misoprostol dengan efektifitas hingga 95%, kedua dengan menggunakan misoprostol saja dengan tingkat efektifitas hingga 85%. Jika kamu tinggal di negara dimana mifepristone tidak terdaftar atau tidak tersedia, maka kamu cukup menggunakan misoprostol saja. Kebanyakan perempuan yang melakukan aborsi medis sendiri berada di negara dimana aborsi dibatasi oleh hukum dan biasanya hanya menggunakan misoprostol saja.

Selengkapnya baca disini.

Perempuan dengan HIV tetap bisa menggunakan Misoprostol dengan aman. Status HIV mungkin akan sedikit meningkatkan resiko infeksi atau anemia. Untuk mencegah infeksi dapat menggunakan antibiotik seperti Doxycyline 100mg dua kali sehari selama 7 hari.

Dalam Panduan Badan Kesehatan Dunia atau WHO di tahun 2012, diberi catatan bahwa salah satu alasan kenapa aborsi medis di atas 12 minggu tidak disarankan adalah karena kurangnya data yang mereka miliki. Namun dalam Panduan Medical Management of Abortion di tahun 2018, Badan Kesehatan Dunia sudah mencantumkan rekomendasi tersebut dengan persyaratan yang dibutuhkan.

Salah satu penelitian yang menunjukkan efektifitas dan keberhasilan aborsi medis di atas 12 minggu juga bisa dibaca disini.

en_USEnglish